Minggu, 30 Oktober 2011

Mahasiswa temukan cucian beras suburkan tanaman

Penelitian yang dilakukan mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Yayu Siti Nurhasanah menghasilkan temuan bahwa air bekas cucian beras mampu menyuburkan tanaman.

"Air cucian beras memiliki kandungan nutrisi yang melimpah, dapat berfungsi sebagai pengendali organisme pengganggu tanaman yang ramah lingkungan serta banyak dijumpai di lingkungan sekitar," kata Yayu seperti disampaikan dalam keterangan Humas IPB di Bogor, Jumat.

Melalui penelitian di bawah arahan dosen pembimbing Dr Giyanto, Yayu berangkat dari kondisi bahwa selama ini untuk menekan kerugian hasil produksi akibat serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), petani seringkali menggunakan pestisida sintetik secara berlebihan, sehingga menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan.

Dampak itu, seperti timbulnya patogen sekunder, matinya musuh alami, merusak lingkungan, bahkan penolakan pasar akibat produk yang mengandung residu pestisida yang membahayakan.

"Untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetik, maka diperlukan alternatif pengendalian OPT yang ramah lingkungan dan mudah diaplikasikan di lapang," katanya.

Yayu Siti Nurhasanah mengatakan, mikroba penting dalam pengendalian penyebab penyakit tanaman adalah mikroba yang bersifat menguntungkan bagi tanaman.

Mikroba itu sendiri memiliki kelebihan yaitu mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat, menghasilkan antibiotik serta mampu menggunakan substrat yang berbeda-beda salah satunya ada pada bakteri Pseudomonas fluorescens.

Bakteri Pseudomonas fluorescens adalah Bakteri P. fluorescens yang mampu mengklon dan beradaptasi dengan baik pada akar tanaman serta mampu untuk mensintesis metabolit yang mampu menghambat pertumbuhan dan aktivitas patogen atau memicu ketahanan sistemik dari tanaman terhadap penyakit tanaman.

Formulasi air cucian beras merupakan media alternatif pembawa P. fluorescens yang berperan dalam pengendalian patogen penyebab penyakit karat dan pemicu pertumbuhan tanaman.

"Sehingga limbah air cucian yang dibuang di masyarakat memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan," katanya.

Hasil penelitian Yayu Siti Nurhasanah menyebutkan bahwa air cucian beras memiliki kandungan nutrisi yang melimpah di antaranya karbohidrat berupa pati (85-90 persen), protein glutein, selulosa, hemiselulosa, gula dan vitamin yang tinggi.

Selain itu melalui media air cucian beras ditambah estrak tempe dan gula ini juga dapat ditemukan pertumbuhan bakteri P.fluorescens yang pesat.

Untuk melihat peran penghambatan bakteri P.fluorescens terhadap pathogen yang sering ada pada tanaman yang sakit (Puccinia horiana) maka Yayu dan kawan-kawan melakukan uji antagonis dengan meneteskan spora P.horiana dan formulasi yang mengandung P.fluorescens di atas gelas objek diinkubasi.

Objek itu selanjutnya diamati persen penghambatan perkecambahan spora, serta dilakukan aplikasi formulasi pada bibit tanaman krisan untuk melihat peran P.fluorescens dalam memicu pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan uji pertumbuhan bakteri P.fluorescens dalam media formulasi-formulasi uji, didapatkan hasil formulasi satu (F1) merupakan formulasi terbaik dalam menumbuhkan bakteri ini karena memiliki log atau perkembangan populasi bakteri terbesar di antara formulasi-formulasi uji lainnya setelah diamati perkembangan populasi bakteri selama 6 jam dan dihitung jumlah koloninya.

Selain uji pertumbuhan bakteri diujikan juga pengujian berdasarkan pemicu pertumbuhan dengan mengambil sampel tanaman krisan dengan mengaplikasikan P.fluorescens. Pengujian ini dilakukan dengan kontrol dan empat perlakuan.

Penanaman bibit krisan yang diuji dalam polibag hitam dilakukan pada media tanah steril.

Kemudian bibit tanaman krisan yang akan diuji ditanam dalam polibag hitam dengan media tanah steril yang telah disiapkan.

Setiap tanaman perlakuan diamati berapa persen bibit yang tumbuh, tinggi tanaman serta intensitas keparahan penyakit.

Setelah dilakukan pengujian terhadap bibit tanaman krisan dengan varietas padma buana, perlakuan aplikasi mingguan (disemprot formulasi satu pekan sekali) memiliki pertumbuhan paling baik, dengan indikator tinggi tanaman, panjang akar, dan jumlah daun yang paling

besar dibanding tanaman pada perlakuan lainnya.

Aplikasi dan waktu aplikasi dengan menggunakan formulasi ini memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, terlihat dari data yang diperoleh setiap perlakuan memiliki data yang berbeda secara signifikan.

Tanaman kontrol yang tidak diberi perlakuan aplikasi formulasi, memiliki pertumbuhan tanaman yang paling rendah.

Hal inilah yang membuktikan bahwa aplikasi P.fluorescens terhadap tanaman memiliki pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Namun pertumbuhan itu sendiri berbeda-beda bergantung pada intensitas aplikasi (waktu penyemprotan formulasi).

Sumber: AntaraNews

0 komentar:

Posting Komentar