Minggu, 23 Oktober 2011

Dayak, Mengapa Masih Dianggap Primitif ?

Dayak, adalah nama suatu suku atau rumpun suku yang sebagian besar tersebar di pulau Kalimantan, baik itu Kalimantan milik Indonesia maupun Negara bagian Sarawak dan Sabah, Malaysia.

Stephanus Djuweng, pendiri dan peneliti senior Institut Dayakologi dalam Paper yang dipresentasikan dalam lokakarya United Nation Economic and Social Council (UNESCO) di Jakarta Tahun 1999 yang berjudul PEMBANGUNAN DAN PENINDASAN menyebutkan bahwa "Dayak adalah sebutan kolektif terhadap sekitar 405 kelompok etnolinguistik yang mendiami pulau Borneo. Mereka menamakan/dinamakan Iban, Kayan, Kenyah, Kanayatn, Maanyan, Ngajuk, Uut Danum, Bidayuh, Simpang, Pompakng, dan lain-lain. Menurut para peneliti, penamaan ini berdasarkan kesamaan Hukum Adat, Ritual Kematian dan Bahasa. Sebenyarnya penamaan sub-suku Dayak juga dapat didasarkan pada letak geografis kawasan adat mereka" 

Dayak, mengapa masih dianggap primitif ?

Mengapa muncul pertanyaan seperti ini? Berdasarkan apa yang saya (penulis) alami sendiri maupun mendengar cerita dari teman-teman yang sering bepergian ke luar Kalimantan, banyak yang bertanya dan masih menganggap bahwa suku Dayak itu masih primitif, kejam, kanibal, primitif, berekor, dan sebagainya. Mengapa masih terekam di ingatan orang-orang luar pulau Kalimantan bahwa suku Dayak masih primitif, kejam, kanibal, primitif, berekor, dan sebagainya ?

Untuk menjawab dan mencari tahu mengapa citra suku dayak sebagai suku yang masih primitif begitu melekat di pikiran orang luar pulau kalimantan perlu berbagai penelusuran yang lebih mendalam sehingga diketahui penyebab pastinya.

Berikut ini hanya pola pikiran saya ketika terdengar lontaran kalimat bahwa "Dayak itu masih Primitif" adalah :
  • Dijaman Modern ini, orang Dayak masih selalu dianggap primitif mungkin disebabkan oleh masih terbelakangnya dan belum diserapnya ilmu pengetahuan oleh masyarakat Dayak yang masih menetap di daerah pedalaman, dan inipun populasinya semakin berkurang, tetapi hal ini bukan menjadi suatu alasan menyebutkan Dayak secara umum, sebab masyarakat Dayak pada umumnya sudah mengenal pendidikan modern.
  • Adanya tradisi purba/kuno"Ngayau" yang merupakan tradisi Suku Dayak. Pada tradisi Ngayau yang sesungguhnya, Ngayau tidak lepas dari korban kepala manusia dari pihak musuh. Citra yang paling populer tentang Kalimantan selama ini adalah yang berkaitan dengan berburu kepala (Ngayau). Karya Bock, The Head Hunters of Borneo yang diterbitkan di Inggris pada tahun 1881 banyak menyumbang terhadap terciptanya citra Dayak sebagai “orang-orang pemburu kepala”.
Dua hal pokok tersebut yang menyebabkan pola pikir orang luar Kalimantan masih menganggap suku Dayak khususnya sebagai suatu suku yang masih terbelakang, primitif, dan sebagainya. Padahal jika mereka datang sendiri ke Kalimantan situasi yang berbeda 180ยบ dari pemikiran mereka selama ini akan mereka temui, bagaimana menurut anda?
Sumber: Kata Natalius

0 komentar:

Posting Komentar