Indonesia Hanya Hasilkan 419 Karya Ilmiah Setahun
Universitas merupakan komunitas unik yang terdiri atas kaum intelektual yang berperan dalam pembangunan bangsa. Oleh karenanya, civitas academica harus terus meningkatkan karya ilmiah yang berbasis karakter untuk lebih berperan dalam pengelolaan negara. Sebab, kemajuan sebuah komunitas dan bangsa tergantung dari pengelolaan sistem yang diterapkan, yang diperoleh dari kajian ilmiah dari kalangan kampus.
"Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar. Terdapat banyak kekayaan sumber daya alam dan manusia. Tapi, pengelolaan dua sumber tersebut kurang maksimal. Itu sebabnya kita masih tertinggal dengan negara-negara lain,'' kata pakar pendidikan Prof Dr Hafid Abbas saat mengisi kuliah umum di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Sabtu (8/10).
Prof Hafid menyatakan, kurang optimalnya pengelolaan juga menyebabkan ketimpangan ekonomi yang sangat mencolok. "Saat ini 3% penduduk Indonesia menguasai 70% perekonomian. Ini menunjukkan ketimpangan ekonomi yang berujung pada jurang kesejahteraan yang sangat besar,'' tandasnya.
Harus Ditingkatkan
Mantan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemkumham ini mengatakan, karya ilmiah mahsiswa harus ditingkatkan untuk mengejar ketertinggalan perekonomian. "Di Singapura setiap tahun dihasilkan 1.000 karya ilmiah di berbagai bidang untuk mengembangkan negara. Di Indonesia hanya 419, padahal jika dibandingkan, Indonesia jauh lebih besar dan kaya,'' tutur Prof Hafid.
Guru Besar Universita Negeri Jakarta ini menjelaskan, saat ini 50 perguruan tinggi di ASEAN yang meliputi 100 program studi telah terkonversi, artinya ijazah yang dikeluarkan juga diakui. "Selain itu, pengembangan pendidikan di ASEAN juga melihat potensi dari masing-masing negara,'' ujarnya.
Tentu pengembangan ini juga dilandasi dengan pendidikan karakter yang mempunyai integritas, kooperatif, kejujuran, dan keterbukaan. "Ini juga menjadi ciri generasi yang khaira ummah yang selalu menerima perubahan dam memfilter apa yang cocok dengan pribadi kita,'' ujar dia.
Rektor Unissula Prof Dr Laode Kamaluddin menambahkan, pembangunan dan pendidikan berbasis karakter telah menjadi ikon penting bagi peradaban bangsa. "Sebagai umat Islam tentu selalu mengembangkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya Islam,'' tandas Prof Laode.
Sumber: Suara Merdeka
0 komentar:
Posting Komentar