Muka memerah. Mata sembab. Lelaki muda itu menanggung kepedihan. Berusia 27 tahun, ia tampak sangat belia dari belasan pria sepuh yang berdiri santun di belakang. Semua berpakaian necis. Jas licin. Dasi menjuntai.
Pria dengan rambut nyaris gundul di kiri kanan itu adalah Kim Jong-un. Selasa 20 Desember 2011 itu, ia memimpin para sesepuh negeri Korea Utara membungkuk di depan jenasah Kim Jong-il, ayahnya yang bergelar sang "Pemimpin Tercinta". Jenasah itu terbujur kaku dalam peti kaca. Diselimuti kain merah. Bantal putih. Dibaringkan di tengah himpunan bunga warna-warni.
Kim Jong-ilwafat dalam perjalanan dengan kereta. Sabtu 17 Desember 2011. Meninggal karena stroke dan gagal jantung. Ia disemayamkan di Istana Kumsusan di Pyongyang, ibu negeri itu. Memerintah semenjak 1994, dimakamkan 28 Desember 2011. Rakyat berkabung sebelas hari.
Selain diselimuti duka, hari-hari ini negeri di semenanjung Korea juga bertabur sanjungan. Dan yang disanjung adalah lelaki muda bertubuh gempal itu. Kim Jong-un. Media massa di negeri itu bahkan menyebutnya “pria yang terlahir dari surga”.
Meski umur masih belia, lelaki dari “surga” itulah pemimpin berikutnya. Ia memang berdarah biru. Gayanya mengingatkan penduduk akan kakeknya Kim Il-sung, yang didaulat sebagai Bapak Rakyat Korea Utara.
Banyak pula rakyat yang percaya bahwa karakternya mirip dengan sang ayah. Perdiam dan berwatak keras. Ramuan dua karakter, sang kakek dan ayah, itulah yang membuat si bungsu ini lebih dipercaya ketimbang dua kakaknya.
Dan hari-hari ini, Kim Jong-un sedang mengulangi apa yang dilakukan ayahnya tahun 1994, ketika sang kakek wafat. Ia memimpin upacara duka dan pemakaman. Sesudah itu menerima warisan buram; negeri yang dilanda kesulitan pangan dan dikepung para seteru. (Lihat Tiga Kim dan Krisis Korea).
Tapi sang ayah tampaknya sudah lama mempersiapkan si bungsu ini. Seorang cendekiawan China pernah mengungkapkan bahwa Jong-un pernah disekolahkan di Swiss. Terdaftar sebagai siswa di sekolah internasional Berne sampai 1998.
Di situ ia belajar bahasa Jerman, Inggris dan Perancis. Datang dari negeri yang dibenci sejumlah negara, di sekolah itu Kim mengunakan nama samaran, Pak Chol. Lama belajar di Eropa, ia jagoan dalam dunia teknologi.
Ketika pulang ke Korea Utara, ia melanjutkan pendidikan. Entah di Univesitas Kim Il Sung atau Universitas Teknologi Kim Chaek. Itu dua universitas paling top di Korut. Hanya anak-anak dari kalangan elit bersekolah di situ.
Belakangan sang ayah kerap mengajaknya ketika berkunjung ke luar negeri. Pada sebuah upacara militer memperingati ulang tahun ke 65 Partai Pekerja -- itu satu-satunya partai di negeri itu, fotonya menyebar ke seluruh dunia. Si bungsu ini berdiri di samping ayah. Memberi hormat kepada pasukan.
Meski begitu banyak jenderal berbintang di negeri itu dan berpengalaman menghadapi musuh, sang ayah mengangkat anak muda ini sebagai Wakil Ketua Komisi Militer Partai Pekerja. Dengan posisi itu, Jong Un yang tidak mempunyai karir tentara ini, berwewenang menyusun kebijakan militer.
Dan jalan tampaknya bakal lempang. Restu rakyat sudah dipekik. Di hadapan jenasah sang ayah, rakyat Korea Utara sudah bersumpah setia kepada anak muda ini. Ia disebut sebagai Tuan Muda, Kapten Kim dan Penerus Agung. Si Tuan Muda itu akan memimpin negeri 24 juta jiwa yang telah lama dikurung dunia itu.
"Kami akan patuh kepada Kamerad Kim Jong-un yang terhormat, seperti janji kami ini di hadapan bapak," kata Lee Jin-Hyang, perwakilan pekerja di Pabrik Tekstil Pyongyang. Lee diberi kesempatan memberi sambutan pada upacara persemayaman jenazah Kim Jong Il, seperti dikutip stasiun televisi BBC.
Anak muda ini disanjung dari segala sudut. Media massa milik pemerintah menyebutnya sebagai pemimpin yang luar biasa. Seorang prajurit Korut bernama Pak Chol Yong, seperti dikutip kantor berita KCNA, sudah bertekad, “Sekuat tenaga bahu-membahu menjaga Jenderal Kim Jong-un."
Kendati sudah dipersiapkan menjadi pemimpin, dan namanya disanjung begitu rupa, Jong Un sendiri belum pernah memberi pernyataan publik. Bahkan tentang kematian ayahnya.
Secuil isyarat disampaikan Konsul Inggris di Pyongyang, Barnaby Jones. Ia mengungkapkan bahwa Jong Un sudah menyapa para diplomat asing. Dan itu dianggap sebagai isyarat bahwa dia dipastikan menganti sang ayah.
Musuh dalam selimut
Rakyat bersumpah setia. Tapi yang belum bisa ditebak adalah petinggi militer. Kini merebak pula kecemasan di negeri itu, apakah petinggi militer akan tunduk pada anak “bau kencur” itu. Serba miskin pengalaman. Politik, ekonomi dan militer.
Dalam soal persiapan memimpin negeri itu, Kim Jong Un memang berbeda dengan Kim Jong-Il. Sang ayah dikaderkan sang kakek selama 20 tahun. Dengan waktu selama itu, ia mempelajari banyak soal. Dari ekonomi, politik hingga mengatur posisi petinggi militer. Saat Kim Il-sung wafat usianya 53 tahun. Posisinya kokoh sudah.
Akan halnya dengan Kim Jong-un, yang baru disiapkan selama dua tahun ini. Umur pun masih muda. 27 tahun.
Tapi sejumlah pengamat politik Korea Utara haqul yakin suksesi sudah beres. "Situasi yang tenang pada hari-hari ini menunjukkan bahwa suksesi itu berjalan efektif,” kata Koh Yu-hwan, pengamat dari The Korean Association of North Korean Studies di Seoul, seperti dikutip Reuters.
Bila tidak mulus, lanjut Koh, “Tentu kita bakal melihat negara itu masih diperintah oleh "mumi," dimana Kim Jong Il diatur sedemikian rupa seakan-akan masih hidup." Koh menyarankan Kim patuh pada semua pakem yang ditentukan sang ayah dan kakek. Sebab pakem itu sudah jadi tradisi. “Dan itu tidak mudah bagi dia,” kata Koh.
Dua kakaknya tak pantas
Korea Utara memang negeri yang tertutup. Media massa internasional begitu susah merekam apa yang terjadi di sana. Termasuk merekam bagaimana suksesi dilakukan. Media dunia cuma bisa mengintip dan menguping. Lewat sejumlah diplomat asing di negeri itu.
Stasiun televisi CNN, misalnya, mengandalkan laporan-laporan diplomatik Amerika Serikat yang bocor ke laman WikiLeaks. Laporan itu mengutip analisis sejumlah pakar, cendekia, diplomat, dan politisi Korea Selatan, China, dan AS.
Puluhan kabel diplomatik Kedutaan Amerika Serikat di negeri itu mengungkapkan perdebatan yang hangat mengenai dinasti Kim. Saling klaim anak-anak Kim Jong Il. Dan apakah ada di antara mereka yang sudah menghimpun kekuatan setelah ayah mereka wafat.
Pada 2006, seorang pakar asal China memantau bahwa putra sulung Kim Jong Il, Kim Jong Nam, lebih cocok disebut sebagai playboy. Harian Korsel, Chosun Ilbo, bahkan mengungkapkan bahwa Jong Nam punya dua istri dan seorang simpanan serta beberapa anak.
Dia juga dikenal sebagai tukang pelesir. Belakangan, ayahnya sangat kecewa dengan Jong Nam lantaran dia ketahuan pergi diam-diam ke Jepang dengan paspor palsu dari Dominika.
Menurut The Huffington Post, peristiwa itu terjadi pada Mei 2001, saat dia berupaya berkunjung ke Jepang bukan untuk tugas negara, melainkan ingin bersenang-senang ke taman bermain Disneyland. Pada Januari 2009, sebuah media Barat mengungkapkan bahwa Jong Nam mengaku tidak tertarik untuk menggantikan ayahnya sebagai penguasa Korut.
Putra nomor dua, Kim Jong-chol, dipandang lebih tertarik bermain video game ketimbang belajar ilmu pemerintahan. Lagipula, sang Pemimpin Tercinta merasa Jong-chol "terlalu feminim" untuk memimpin negeri itu.
Jong-chol, seperti dipantau seorang analis, juga dianggap lebih menonjolkan hormon estrogen pada tubuh. Ini menimbulkan spekulasi bahwa Jong-chol lebih mirip sebagai perempuan ketimbang laki-laki tulen.
Dia dikenal mengidolakan penyanyi rock asal Inggris, Eric Clapton. Menurut harian The Korea Times, Jong Chol terlihat menonton konser Eric Clapton di Singapura pada 14 Februari 2011.
Si sulung yang playboy dan si nomor dua yang “melambai” jelas sulit memimpin negeri dikurung banyak musuh ini. Itu sebabnya semua harapan bertumpu pada si bungsu, Kim Jong-un. Ia pendiam tapi keras. Sang ayah suka.
Laporan-laporan kawat diplomatik dari negeri itu mengungkapkan dari ketiga anaknya itu, Kim Jong-il memang lebih dekat dengan si keras kepala itu. Dalam laporan diplomatik pada 2009, yang mengutip memoar mantan juru masak Kim Jong-il asal Jepang, Kenji Fujimoto, Kim Jong-il menyanjung habis si bungsu ini.
Dia menyebut Jong-un “Sebagai anak yang banyak mirip dengan dirinya, baik dari segi pesona dan karakter," kata Fujimoto.
Namun, berdasarkan sejumlah kabel diplomatik yang lain, kalangan pengamat memperkirakan bahwa Korut, setelah Kim Jong-il wafat, bisa jadi dikendalikan oleh kepemimpinan kolektif pejabat-pejabat senior militer.
Dan anak muda yang gembul itu? Kim Jong-un, kata kawat diplomatik itu, akan diberi kekuasaan yang besar setelah usianya cukup matang.
Sumber: VivaNews
0 komentar:
Posting Komentar