Minggu, 20 November 2011

Makna Tato dalam Masyarakat Suku Dayak

Memiliki tubuh yang dirajah dan dihiasi beragam tato indah merupakan hal biasa bagi suku Dayak. Apalagi mereka yang sudah dewasa dan berusia lanjut. Bagi mereka makna tato berbeda dengan tato orang kota yang cenderung berkonotasi negatif karena identik dengan premanisme. Tato atau disebut juga parung bagi orang Dayak adalah mengandung nilai-nilai kearifan lokal, tradisi turun temurun, reliji hingga status sosial dalam masyarakat. Karenanya, tato tidak bisa dibuat secara sembarangan dan oleh sembarang orang. Ada aturan-aturannya.

Secara kepercayaan, orang Dayak menganggap tato sebagai obor penerang dalam perjalanan menuju alam keabadian kelak pasca kematian. Karenanya, semakin banyak tato berarti semakin terang benderang dan lapang jalan yang akan ditempuh. Namun demikian, lagi-lagi tato tidak diperkenankan dibuat tanpa mengikuti aturan yang sudah ditetapkan.

Tiap sub suku Dayak punya aturan berbeda terkait tato. Ada pula sub suku dayak yang tidak memiliki tradisi tato ini. Masyarakat Dayak yang tinggal di perbatasan Indonesia dengan Sabah dan Serawak-Malaysia biasanya membaut tato ti tangan dan jari-jarinya. Ini bermakna orang tersebut mampu menolong orang lain, sebagai pemandu hutan, ahli pengobatan atau meramu makanan. Semakin banyak tatonya maka semakin tinggi keahliannya.

Bagi orang-orang Dayak Kenyah dan Dayak Kayan di Kalimantan Timur, semakin banyak tato menandakan orang tersebut sudah sering mengembara dan merantau. Karena tiap kampung memiliki motif tato berbeda, sehingga tiap dia mengembara dari kampung ke kampung maka akan diberikan tato khas. Yang perlu anda tahu, jarak kampung di Kalimantan berbeda dengan kota-kota di Jawa, bisa ratusan kilometer jaraknya. Ini harus ditempuh dengan perahu lewat sungai atau berjalan kaki.

Motif yang terkenal bagi Dayak Kenyah adalah burung Enggang. Begitu juga dengan Dayak Iban, yang menjadikan burung atau hewan yang bisa terbang lainnya sebagai pilihan motif tato untuk para bangsawannya. Bagi sub suku lainnya, pemberian tato terkait tradisi menganyau atau memenggal kepala musuh dalam peperangan. Tapi tradisi ngayau ini sudah tidak ada lagi karena dianggap tak berprikemanusiaan.

Jika bagi pria, tato terkait penghargaan dan penghormatan, bagi wanita lebih kepada motif relijius. Biasanya untuk melindungi diri dari roh-roh jahat. Baik tato pada pria maupun wanita, secara tradisional dibuat menggunakan duri buah jeruk yang panjang. Seiring perkembangan jaman kemudian menggunakan beberapa buah jarum sekaligus. Yang tidak berubah adalah bahan pembuatan tato yang biasanya menggunakan jelaga dari periuk yang berwarna hitam.

Sumber: 3MMain

0 komentar:

Posting Komentar