Badai besar yang terjadi di Planet Saturnus mencatat rekor baru karena berlangsung hingga 200 hari atau lebih dari setengah tahun. Badai yang tercatat merupakan yang terbesar selama dua dekade tersebut direkam dengan baik oleh wahana ruang angkasa Cassini dari proses pembentukan, evolusi, hingga lenyap.
Hasil pantauan menunjukkan, badai monster itu muncul pada 5 Desember 2010 di titik 35 derajat lintang utara Saturnus. Badai kemudian membesar bergerak mengelilingi Saturnus pertama kali pada Januari 2011, melebar hingga 15.000 kilometer dari utara ke selatan sebelum akhirnya mengecil dan hilang pada Juni 2011 lalu.
Berdasarkan catatan NASA, badai tersebut tercatat sebagai yang terlama, mengalahkan badai tahun 1903 yang bertahan selama lima bulan. Cakupan wilayah yang terkena dampak badai mencapai 5 miliar kilometer persegi atau 10 kali lipat luas permukaan Bumi.
Kecepatan gerak badai mencapai 1.756 km/jam. Ini jauh lebih cepat dari badai tercepat di Bumi yang hanya 66 km/jam. Badai yang bergerak sangat cepat tersebut tampak sebagai mozaik berwarna yang menghiasi bagian atas khatulistiwa Saturnus.
Dalam astronomi, badai besar itu dikenal sebagai Bintik Putih Saturnus. Fenomena ini cenderung muncul setiap 2-3 dekade. Fenomena ini pernah terdeteksi juga tahun 1990 oleh teleskop antariksa Hubble, tetapi hanya bertahan 55 hari.
Andrew Ingersoll, anggota tim pencitraan Cassini di Caltech, Pasadena, menuturkan, "Badai Saturnus lebih mirip seperti gunung api daripada fenomena cuaca di daratan. Tekanan terbentuk selama sekian tahun sebelum badai bererupsi. Misterinya adalah, tak ada batuan yang menahan tekanan untuk menunda erupsi selama sekian tahun."
Anggota tim pencitraan Cassini lain, Kunio Sayanagi dari UCLA seperti dikutip Space.com, Jumat (18/11/2011), menuturkan, "Fakta bahwa fenomena itu berlangsung dalam periode tertentu dan selalu terjadi tiap 20 atau 30 tahun mengatakan sesuatu tentang bagian dalam planet itu, tapi kita belum mengetahuinya."
Cassini mengorbit Saturnus sejak 2004, meneliti cincin dan bulan-bulan planet tersebut. Wahana antariksa itu akan terus mengorbit hingga 2017 sehingga diperkirakan masih ada banyak lagi kejutan dari jepretannya.
Hasil jepretan Cassini untuk badai yang terjadi Desember 2010 hingga Juni 2011 bisa dilihat di gambar di atas. Gambar pada Agustus 2011 memperlihatkan, meski badai sudah berakhir Juni, dampaknya berupa awan putih masih bisa dilihat hingga sesudahnya.
Sumber: Kompas
0 komentar:
Posting Komentar